Bekerja sebagai dokter di ranah struktural Rumah Sakit (RS) merupakan pilihan populer bagi para dokter yang ingin bekerja non-klinis. Untuk memperdalam ilmu di bidang manajerial, saat ini sudah banyak bermunculan jurusan Magister Manajemen dengan konsentrasi manajemen rumah sakit, seperti MARS, MMR dan juga MM atau Magister Manajemen dengan konsentrasi rumah sakit.

Seperti apa pekerjaan dokter di bidang manajerial dan seperti apa gelar master di bidang manajerial bagi seorang dokter? ada dr. Nur Adini R, MM, Supervisor Bagian Pelayanan Medis RS “JIH” Purwokerto dan Anggota Dewan Pengawas & Co-Owner RSIA Adina Wonosobo yang berbagi pengalamannya melalui Instagram live dan telah kami rangkum di sini.
Table of Contents
Dokter yang Bekerja di Bidang Struktural: Tidak Perlu Gelar Magister?
Banyak dokter yang ingin bekerja di bidang struktural merasa dibatasi karena tidak memiliki pendidikan yang memadai di bidang manajerial. Padahal, untuk bekerja di bidang manajerial, seorang dokter tidak perlu memiliki gelar khusus.
Namun dokter yang akrab disapa dr. Dini menambahkan, pendidikan lanjutan di bidang manajerial ini nantinya menjadi penting, karena sebagai dokter struktural harus berhadapan dengan dokter lain yang memiliki gelar pendidikan ‘lebih tinggi’.
“Karena yang dihadapi nanti adalah dokter spesialis, ini menjadi tantangan bagi dokter struktural untuk bisa sedikit ‘setara’,” jelas dr. Dini, “agar lebih berkembang, menurut saya pribadi tidak ada salahnya mengambil gelar magister, baik itu MARS, MMR atau Magister Manajemen (MM) dengan konsentrasi di Rumah Sakit seperti yang saya ambil.”
Berdasarkan Permenkes No.3 Tahun 2020, jabatan direktur rumah sakit adalah tenaga medis yaitu dokter atau dokter gigi yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang tata kelola rumah sakit.
“Pengalaman dan pengetahuan tata kelola rumah sakit dapat diperoleh dari pendidikan formal atau pengalaman kerja,” dr. Dini menjelaskan.
Jadi, untuk bisa bekerja di bidang struktural, bahkan hingga posisi direktur pun tidak selalu harus memiliki gelar master. Namun pendidikan S2 dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan mengenai tata kelola rumah sakit sesuai kebutuhan.
Master apa yang harus diambil: MARS, MMR, MM, MPH?
Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS/MMR) merupakan salah satu jurusan Magister favorit bagi para dokter struktural. Jurusan ini umumnya diampu oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Sedangkan Magister Manajemen (MM) sendiri merupakan program Magister yang berada di bawah Fakultas Ekonomi, sehingga jurusan ini mempunyai kurikulum yang berbeda dengan MARS atau MMR.
“Dulu MMR ada di salah satu fakultas di Jogja, tapi sekarang judulnya berubah menjadi MARS,” tambah dr. Dini, “Sejak awal kurikulum MARS membahas tentang kebijakan dan manajemen kesehatan di rumah sakit.”
Selama di jurusan MM, dr. Dini mengaku melihat ada beberapa keunggulan dibandingkan MARS/MMR. Dimana pada jurusan MM siswanya sangat heterogen dan lintas profesi. “Ada pegawai Kementerian Kesehatan, analis rumah sakit besar, dan lulusan fakultas ekonomi,” kata dr. Lebih awal.
Pada semester awal mahasiswa akan mempelajari hal-hal umum dan dasar tentang manajemen yang sangat berguna bagi para dokter di bidang struktural.
Selain itu, magister manajemen ini lebih bersifat praktis, dimana banyak studi kasus yang dipelajari dari perusahaan pada umumnya. Jadi, dokter juga bisa belajar mulai dari pemasaran hingga proses produksinya dari perusahaan yang akan bekerja sama dengan rumah sakit tempat kita bekerja.
“Nanti di semester berikutnya, kamu akan diberikan lebih banyak pilihan pekat ilmu apa, apakah SDM, manajer pemasaran, atau manajemen keuangan, atau manajemen rumah sakit” dr. Dini menambahkan, “Jadi saya bisa mendapatkan ilmu manajemen secara menyeluruh dan dari kasus-kasus di perusahaan, serta pengalaman (kurikulum) yang khusus untuk rumah sakit”.
Meski berada di bawah Fakultas Ekonomi, dr. Dini mengaku tidak mengalami kesulitan berarti dalam mengikuti kurikulum di magister manajemen.
Selain MARS/MMR dan MM, dr. Dini juga menyatakan Magister Kesehatan Masyarakat (MPH) juga bisa terlibat sebagai dokter di ranah struktural rumah sakit. Sebab dalam kurikulum MPH juga terdapat konsentrasi khusus manajemen rumah sakit.
Bagaimana Cara Bekerja di Struktural?
Bagi dokter umum, kesempatan bekerja sebagai dokter di ranah struktural rumah sakit juga terbuka. menurut dr. Dini, jika dokter umum bekerja di rumah sakit yang membutuhkan tenaga struktural, atau di rumah sakit baru, maka dokter tersebut bisa mengisi posisi tersebut.
Menurut dia, jabatan-jabatan di ranah struktural biasanya bisa diperoleh melalui suatu proses rekrutmen terbuka dari rumah sakit. Meski demikian, pihak rumah sakit tidak menutup kemungkinan merekrut staf yang ada untuk mengisi posisi kosong di bagian struktural.
Selain itu, gelar master juga tidak mutlak diperlukan. Namun, dr. Dini berpesan kepada para dokter yang ingin terjun ke bidang struktural agar membangun koneksi yang baik dengan lingkungan rumah sakit, meningkatkan pelatihan/sertifikasi, meningkatkan pengalaman dan pendidikan manajerial, termasuk dengan pendidikan S2.
“Namun dari segi seleksi administrasi, jika memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan kompetitor maka akan lebih eye catching di mata HRD, namun untuk manajemen juga akan dilihat pengalaman atau pelatihan terkait manajemen di rumah sakit,” jelas dr. Lebih awal.
Seperti Apa Pekerjaan Dokter Struktural?
“Manajemen rumah sakit lebih seperti itu pemimpinsebagai penggerak, bagaimana mengelola orang di bawahnya, staf dan rekan-rekan unit agar bisa bersatu memahami standar akreditasi misalnya,” dr. Dini menjelaskan.
Misalnya saja peran manajemen di bidang pelayanan medis juga sebagai pengawas agar pelayanan di rumah sakit sesuai dengan standar minimal, “misalnya di bidang ob-gyn, pelayanan apa saja yang harus ada, dan apa saja yang harus dilakukan. perkembangan seperti itu?” jawab dr. Lebih awal.
Dokter dalam peran manajerial atau struktural juga berperan dalam menjembatani hubungan antara dokter dengan pasien, dokter dengan sesama tenaga medis, hingga hubungan antara dokter dan pasien. pemilik Rumah Sakit dan staf di rumah sakit.
Peran terakhir menurutnya adalah peran mengendalikan,Misalnya tahun ini targetnya berapa miliar, tahun ini mau dikembangkan pelayanan apa, nah kita (manajemen) pastikan bisa terpenuhi, kalau ada masalah kita selesaikan, atau kita harus pindah ke kebijakan lain, kira-kira itu tugasnya,” jelas dr. Dini.
Bagaimana dengan pendapatan?
“Cukup,” kata dr. Dini, “tapi itu tergantung posisi kita juga”.
menurut dr. Dini, dokter struktural tetap bisa praktik di luar jam kerja sebagai dokter struktural di rumah sakit. Namun hal ini bergantung pada kebijakan rumah sakit.
Ingin tahu lebih banyak? Jangan lupa saksikan siaran IG Live “Makan siang bersama dr. Adini, MM” di akun Instagram kami @maujadiapanih!