Misteri Sejarah Datangnya Dalem Cikundul ke Cianjur

PENAMAS.ID – Siapa yang tidak kenal dengan Raden Jayasasana atau yang juga dikenal dengan nama Dalem Cikundul. Tokoh terhormat ini bergelar Raden Aria Wiratanu setelah diangkat menjadi senapati atau panglima ketika berhasil menyatukan beberapa daerah, dan dipakai untuk satu negara dengan nama Cianjur.

Atas jasanya yang besar untuk Kabupaten Cianjur, Raden Jayasasana dikagumi banyak orang. Tak hanya dari Cianjur, tapi juga dari daerah lain. Nyatanya, kharisma Bupati yang memerintah Cianjur tahun 1677-1691 M ini tidak hanya semasa hidupnya saja, namun juga hingga saat ini. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang berziarah ke makam Dalem Cikundul.

Seiring berkembangnya informasi, banyak versi yang menceritakan proses kedatangan Raden Jayasasana ke daerah yang dikenal sebagai kota pelajar ini.

Raden Jayasasana atau Dalem Cikundul merupakan putra dari RA Aria Wangsa Goparana yang tinggal di Desa Nangka Beurit, Sagalaherang, Kabupaten Subang.

Berdasarkan informasi yang dihimpun tim Penamas.id, dari berbagai sumber disebutkan Dalem Cikundul diberikan oleh ayahnya Dalem Sagaraherang dalam bentuk 100 orang. Menurut sistem feodal pada masa itu, kekuasaan seorang bangsawan ditentukan oleh banyak orang yang dipimpin bukan berdasarkan tanah atau wilayah. Karena semakin banyak penduduk maka semakin banyak pula wilayah yang diduduki penduduknya.

Bersama 100 orang tersebut, Dalem Cikundul kemudian menemukan lokasi baru di pedalaman Jawa Barat dan sampai di sungai Cikundul yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Cikalongkulon.

Di tempat itu (Cikundul) Raden Jayasasana bersama 100 orang rakyatnya menetap dan membuka lahan baru. Masyarakat Jayasasana tidak tinggal di satu tempat melainkan kebanyakan di Cijagang karena di situlah pemimpin mereka (Jayasasana) berada.

Versi lain mengenai kehadiran Dalem Cikundul, dikisahkan oleh budayawan Cianjur Luki Muharam. Menurut versinya, kedatangan Raden Jayasasan tidak lepas dari sejarah keberadaan Kerajaan Jampang Manggung.

Kerajaan Jampang Manggung sendiri merupakan kerajaan Islam yang sudah ada di Cianjur jauh sebelum hadirnya Dalem Cikundul. Dalam versi ini, Dalem Cikundul datang ke istana Jampang Manggung setelah Raja Jampang Manggung Rangga Wulung (Syeh Abdul Jalil) meninggal.

Saat itu, Kerajaan Jampang Manggung yang dipimpin oleh adik Rangga Wulung yaitu Prabu Laksajaya belum memiliki ulama yang benar-benar memahami ajaran Islam. Pasalnya, saat itu masyarakat Jampang Manggung baru memeluk agama Islam, dan belum mengetahuinya secara mendalam.

Memang banyak versi yang menceritakan tentang proses kedatangan Dalem Cikundul atau Raden Jayasasana, meski belum terbukti, kemungkinan kedatangan Dalem Cikundul ada pada masa kerajaan Jampang Manggung, kata Luki Muharam.

Perlunya ulama untuk membimbing masyarakat Jampang Manggung membuat Prabu Laksajaya menjadi raja Jampang Manggung ke-20 yang tidak mengirimkan surat kepada Sultan Cirebon.

Ketika Prabu Laksajaya mengirimkan surat, saat itu Cirebon dipimpin oleh Panembahan Ratu II (1649-1677) yang tak lain merupakan pembelian dari Sunan Gunung Jati.

Prabu Laksajaya dalam suratnya meminta bantuan untuk dikirimkan seorang ulama ke Jampang Manggung. guna menumbuhkan keimanan masyarakat Jampang Manggung.

Tidak lama setelah surat tersebut dikirimkan, Sultan Cirebon menugaskan Raden Jayasasana (Dalem Cikundul) untuk membantu raja Jampang Manggung dalam mendidik agama Islam warga Jampang Manggung.

Singkat cerita, Raden Jayasasana menerima tugas tersebut, dan melaksanakannya, hingga akhirnya Raden Jayasasana datang ke Jampang Manggung yang saat ini menjadi Kabupaten Cianjur. (dod)

BACA JUGA   11 Hotel Tempat Bukber di Cianjur, Lengkap Lokasi, Harga dan Ulasan Pemandangan Indahnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *